Owa jawa merupakan salah satu jenis primata di Indonesia. Primata ini adalah pemakan buah-buahan, bunga, dan dedaunan dengan masa hidup 30—50 tahun. Owa tersebut biasanya hidup berkelompok seperti keluarga inti. Satu kelompok terdiri dari pasangan jantan dan betina beserta anaknya. Uniknya, owa jantan tidak pernah berganti atau memiliki lebih dari satu pasangan. Keunikan lain, owa betina melahirkan tiga tahun sekali dengan masa kebuntingan 7 bulan. Setelah anaknya lahir, owa betina menyusui selama 18 bulan. Anak tersebut harus tinggal di lingkungan orang tuanya sampai berumur 8 tahun. Saat usia 8 tahun itulah owa mencari pasangannya sendiri.
Baca juga: Badak Bercula Satu, Satwa Berkulit Unik yang Nyaris Punah
Habitat dan Persebaran Owa Jawa
Owa tinggal di dahan-dahan pohon yang tinggi. Ia suka melompat dan memanjat dengan lincah. Hewan ini juga kerap menyusuri kanopi hutan sembari berayun di pepohonan.
Habitat asli owa berada di dataran rendah, pegunungan, dan bukit. Kini, habitat owa terbesar ada di Gunung Halimun, Gunung Salak, Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sementara itu, jumlah owa terbanyak ada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Populasi Saat Ini
Populasi owa jawa semakin menurun sejak tahun 1987. Ketika itu, jumlah owa mencapai 8.000 ekor. Kemudian, di tahun 1993, jumlahnya hanya 300—2.000 ekor di kawasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Namun, tahun 2004, Vincent Nijman—profesor dari Oxford University—mengungkapkan jumlah owa sekitar 4.000—4.500 ekor. Angka tersebut kembali menurun ketika memasuki 2005 sampai sekarang. Diperkirakan total populasi owa di Jawa Tengah dan Jawa Barat—hingga saat ini—hanya 1.000—2.000 ekor saja.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memprediksi populasi owa asal Jawa menurun hingga 50 persen. Menurut IUCN, owa tersebut dapat punah dalam waktu sekitar 10 tahun. Bahkan, kepunahan itu bisa terjadi kurang dari 10 tahun jika manusia tak bisa menjaga kelestarian owa.
Mengapa Owa Harus Dilindungi?
Keberlangsungan ekosistem hutan sangat penting bagi kehidupan manusia. Pasalnya, selain menjadi sumber oksigen, hutan juga mencegah bencana alam. Dalam hal ini, owa menjadi salah satu satwa yang dapat membantu menjaga ekosistem hutan. Bagaimana owa melakukannya?
Owa mengonsumsi buah-buahan yang berada di habitatnya. Setelah makanan tersebut dicerna, tentu limbahnya dikeluarkan kembali melalui feses. Biasanya, owa suka membuang feses di sekitar tempat tinggalnya. Feses owa tersebut menjadi benih alami yang nantinya tumbuh sebagai tanaman.
Kewajiban melindungi owa juga telah diatur dalam undang-undang. Salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 yang membahas tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Mengapa Terancam Punah?
Owa yang tersisa saat ini terancam punah karena habitatnya semakin berkurang. Menurut sebuah riset pada tahun 2011, sekitar 96 persen habitat owa telah rusak. Sebagai contoh di Jawa Barat; semula habitat owa mencapai 43.274 kilometer persegi. Sekarang, luasnya hanya 600 meter persegi.
Penyempitan habitat owa terjadi akibat alih fungsi hutan sebagai lahan pemukiman dan industri. Hal itu tidak dapat dicegah mengingat populasi manusia terus bertambah setiap tahun.
Ancaman kepunahan juga disebabkan oleh perburuan liar. Para pemburu biasanya mengambil owa untuk dijadikan hewan peliharaan. Bahkan, owa kerap diperdagangkan selayaknya hewan peliharaan lain. Umumnya, anak owa lah yang menjadi target perdagangan. Sementara induknya kerap dibunuh oleh pemburu.
Upaya Melindungi Owa Jawa dari Kepunahan
Pemerintah RI telah melakukan berbagai upaya agar owa tetap lestari di Indonesia. Salah satu upayanya adalah membangun kawasan konservasi owa. Selain itu, upaya penyelamatan owa juga dilakukan oleh instansi swasta, seperti Yayasan Owa Jawa.
Pada tahun 2003, yayasan tersebut bekerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Pangrango menjalankan program rehabilitasi dan penyelamatan owa. Program ini mendapatkan dukungan penuh dari Universitas Indonesia, Javan Gibbon Center, dan Conservation International.
Lokasi program rehabilitasi dan penyelamatan owa berada di Resort Bodogol. Dengan adanya program tersebut, Yayasan Jawa Owa mengembalikan owa dari masyarakat ke habitat aslinya.
Tak hanya itu, Yayasan Jawa Owa juga mengedukasi masyarakat agar ikut melestarikan spesies owa. Dengan demikian, tindakan perburuan liar di habitat owa dapat dicegah.
Lalu, bagaimana proses melepasliarkan owa ke habitat asli?
Pertama; pihak yayasan memeriksa kondisi kesehatan owa sebelum dikarantina. Pemeriksaan juga dilakukan secara intensif selagi owa di kandang karantina.
Setelah karantina selesai, owa ditempatkan bersama kawanannya yang lebih dahulu masuk ke kandang karantina luar. Tujuan proses ini untuk membiasakan owa bersosialisasi dengan kawanannya.
Kemudian, owa dimasukkan ke kandang introduksi untuk mengenal lawan jenis. Biasanya, pada proses ini, owa akan menemukan pasangan masing-masing. Ketika sudah memiliki pasangan, owa dipindahkan ke kandang jodoh agar lebih terikat.
Proses terakhir, owa memasuki kandang habituasi untuk membiasakan diri menghadapi alam bebas. Setelah tahap ini, Yayasan Owa Jawa dilepasliarkan owa di hutan lindung khusus wilayah konservasi owa.
Demikian pembahasan singkat seputar owa jawa yang kerap berperilaku unik. Agar tidak punah, yuk, bantu dengan menjaga kelestarian habitatnya.