Menelisik Perbedaan Suku Baduy Dalam dan Luar yang Unik

25/10/2021 0
Masyarakat-Suku-Baduy-Dalam-dan-Luar-1140px-x-740px.jpg

Suku Baduy merupakan kelompok etnis Sunda yang hidup di wilayah Pegunungan Kendeng, Lebak, Banten. Tradisi dan adat istiadatnya mampu bersinergi dengan lingkungan sekitarnya. Karena itu, tak salah jika sebagian orang menganggap Baduy sebagai penyeimbang alam. Namun, belakangan ini, suku Baduy terpecah menjadi dua, yaitu Baduy Dalam dan Luar. Banyak perbedaan suku Baduy Dalam dan Luar yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Anda ingin mengetahui apa saja perbedaan kedua suku tersebut? Yuk, simak mulai dari sejarah, penyebab perpecahan, hingga perbedaannya dalam pembahasan berikut ini.

Sejarah Suku Baduy 

Asal-usul suku Baduy tidak terlepas dari cerita rakyat maupun kepercayaan spiritual masyarakatnya. Orang Baduy meyakini mereka adalah keturunan Batara Tunggal atau Batara Cikal (dewa). Mereka juga mempercayai, bahwa Adam dan keturunannya ditugaskan untuk bertapa atau asketik untuk menjaga keseimbangan dunia.

Namun, ditilik dari fakta sejarah, asal-usul suku Baduy cukup jelas. Ahli sejarah kerap mengaitkan Baduy dengan Kerajaan Sunda pada abad ke-16. Kerajaan Sunda ini berpusat di Pakuan Padjajaran—yang kini menjadi wilayah Bogor.

Dahulu, Kerajaan Sunda—ketika dikuasai Pangeran Pucuk Umum—menjadi pelabuhan dagang tersohor dan besar. Berbagai jenis perahu berlayar di sungai yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Perahu-perahu tersebut membawa hasil bumi dari wilayah terpencil. 

Pangeran Pucuk Umum melakukan berbagai upaya untuk melestarikan sungai Ciujung. Salah satunya dengan memerintahkan tentara kerajaan untuk mengelola dan menjaga hutan di wilayah Gunung Kendeng. Konon, berawal dari pasukan itulah terbentuk masyarakat Baduy. Sampai sekarang, mereka masih bermukim di kawasan hulu Sungai Ciujung.

Kendati kisah tersebut diungkapkan oleh ahli sejarah, ternyata masih ada versi lain yang beredar di masyarakat. Sebagian ahli mengatakan, bahwa terbentuknya Baduy dimulai saat Raden Kian Santang kembali dari Arab Saudi. Raden Kian Santang adalah putra Prabu Siliwangi yang memeluk agama Islam.

Raden Kian Santang ingin mengajak Prabu Siliwangi dan pengikutnya untuk masuk Islam. Namun, Prabu Siliwangi menerima wangsit untuk tetap bertahan pada keyakinannya.

Menurut cerita rakyat, Prabu Siliwangi akhirnya memilih pergi ke daerah Lebak yang kini menjadi tempat tinggal suku Baduy. Kemudian, Prabu Siliwangi mengubah gelarnya menjadi Prabu Kencana Wungu dengan 40 pengikut setianya.

Baca juga: 15 Fakta Suku Baduy Banten yang Jarang Diketahui Orang

Mengapa Suku Baduy Terpecah?

Dahulu, suku Baduy menjadi satu kelompok dengan keyakinan dan gaya hidup yang sama. Namun, perkembangan zaman membuat sebagian orang dari suku Baduy ingin beradaptasi. Akhirnya, mereka terpecah menjadi dua kelompok masyarakat, yakni Baduy Dalam (Tangtu) dan Luar (Penamping).

Baduy Dalam memegang teguh larangan dan aturan dari leluhur. Mereka juga masih menganut kepercayaan leluhurnya, yakni Sunda Wiwitan. Berbeda dengan Baduy Luar yang lebih fleksibel dan terbuka dalam menerima hal baru. Sebagian Baduy Luar juga telah berpindah ke agama lain, di luar kepercayaan leluhurnya. 

Perbedaan Baduy Dalam dan Luar yang Unik

Selain keyakinan, perbedaan suku Baduy Dalam dan Luar tercermin dari tiga hal utama, yaitu pakaian adat, cara bersosialisasi, dan gaya hidup. Berikut penjelasannya.

1. Pakaian Adat

Suku Baduy Dalam identik dengan pakaian adat berwarna putih dan biru tua. Mereka juga memakai ikat kepala berwarna putih. Selain itu, suku Baduy Dalam tidak diperbolehkan menggunakan sandal maupun sepatu.

Sementara itu, suku Baduy Luar mengenakan pakaian adat berwarna hitam dan biru tua. Warna hitam melambangkan mereka tidak suci atau dianggap melanggar kemurnian ajaran Baduy. Bahkan, sebagian Baduy Luar kerap memakai kaos dan celana jeans saja.

Baca juga: Kawalu Baduy, Upacara Ungkapan Syukur Melalui Tradisi

2. Cara Bersosialisasi

Baduy Dalam termasuk kelompok masyarakat yang menutup diri dari orang asing. Mereka nyaris sulit ditemui maupun menerima perkembangan. Anda pun tidak bisa sembarangan masuk ke wilayah Baduy Dalam.

Sebaliknya, Baduy Luar justru kerap bertemu dengan orang asing. Mereka sering mendapatkan kunjungan dari pemerintah daerah dan membuka wisata. Sebagian dari mereka pun sudah memiliki bisnis yang berkembang. 

3. Pernikahan 

Dari segi adat pernikahan, Baduy Dalam dan Luar sama-sama melestarikan warisan leluhurnya. Namun, dari cara menemukan pasangan untuk menikah, kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan. 

Orang Baduy Dalam masih mempertahankan tradisi perjodohan. Biasanya, mereka menjodohkan anak gadisnya yang sudah berusia 14 tahun dengan pria dari Baduy Dalam. Sementara Baduy Luar, telah meninggalkan tradisi perjodohan tersebut. Mereka memilih mencari pasangan layaknya manusia modern.

4. Gaya Hidup

Teknologi adalah hal yang paling dihindari oleh Baduy Dalam. Karena itu, mereka tidak meletakkan benda elektronik di rumah. Mereka juga mempertahankan bentuk rumah tradisional dan tidak menggunakan peralatan tukang modern.

Lain halnya dengan Baduy Luar; mereka tak segan menggunakan alat-alat bantu modern dalam membangun rumah. Di samping itu, mereka juga memiliki rumah dengan arsitektur kekinian. 

Kemudian, dari sisi penggunaan alat transportasi, keduanya pun berbeda. Baduy Dalam tidak diperkenankan naik kendaraan saat bepergian. Sementara itu, Baduy Luar sudah banyak yang memanfaatkan moda transportasi untuk memudahkan mobilisasi.

Demikian pembahasan seputar perbedaan suku Baduy Dalam dan Luar yang sampai saat ini menarik perhatian masyarakat Indonesia maupun dunia. Kendati banyak perbedaan, keberadaan Baduy menjadi salah satu bukti kekayaan budaya Nusantara.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *