Kuliner olahan kambing mempunyai cita rasa unik dan mempunyai pencintanya tersendiri. Biasanya, daging kambing diolah menjadi makanan seperti tengkleng, sate, tongseng, serta gulai. Namun, Anda punya kesempatan mencicipi kuliner kambing dengan cita rasa beda kalau berkunjung ke Cilegon. Di sini, terdapat kuliner khas setempat yang disebut sebagai rabeg Banten.
Masakan rabeg Banten mungkin bakal terdengar kurang begitu familiar di telinga Anda. Hal ini cukup lumrah, mengingat keberadaannya yang memang sangat jarang di luar wilayah Provinsi Banten. Oleh karena itu, kesempatan liburan ke Banten jadi momen yang tepat agar Anda bisa menikmati makanan ini. Apalagi, rabeg Banten adalah kuliner favorit Sultan Banten.
Baca juga: Ayam Bekakak: Kuliner Lezat yang Sarat akan Budaya
Sejarah Rabeg Banten
Keberadaan masakan rabeg Banten konon tak bisa lepas dari kehidupan Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati. Saat itu, beliau tengah melakukan perjalanan naik haji ke Mekah. Di tengah perjalanan, Sultan Maulana Hasanuddin singgah di kota pelabuhan bernama Rabigh. Beliau pun sangat terkesan dengan keindahan kota serta kelezatan makanan olahan daging kambing di kota tersebut.
Setibanya di tanah air, Sultan Maulana Hasanuddin kemudian memerintahkan juru masaknya untuk mengolah daging kambing untuk mengobati rasa rindunya terhadap Kota Rabigh. Hanya saja, tidak ada yang tahu resep serta cara pengolahan masakan yang telah dicicipi sultan. Hingga akhirnya, juru masak istana berkreasi dan terciptalah rabeg Banten. Mereka pun puas, apalagi Maulana Hasanuddin menyukainya.
Sejak itu, rabeg Banten menjadi salah satu makanan favorit, tidak hanya keluarga Kesultanan Banten. Namun, masyarakat setempat juga menyukai cita rasa unik dari kuliner ini. Oleh karena itu, tidak heran kalau makanan ini jadi sajian wajib dalam berbagai acara penting. Anda pun bisa menemukan rabeg Banten yang dibuat dengan menggunakan jeroan, daging, ataupun iga kambing.
Namun, ada pula kisah lain yang menyebutkan kalau kemunculan masakan rabeg Banten tidak ada kaitannya dengan Sultan Maulana Hasanuddin. Sebagai gantinya, kuliner ini merupakan akulturasi budaya antara orang-orang Arab yang datang ke wilayah Sunda dengan masyarakat setempat. Apalagi, Provinsi Banten merupakan salah satu pintu masuk utama kedatangan orang-orang asing ke Nusantara.
Keunikan Cita Rasa Rabeg Banten
Terlepas dari simpang siur sejarah rabeg Banten, tak bisa dipungkiri kalau makanan ini memiliki keunikan tersendiri. Sekilas, Anda mungkin akan menganggap kuliner ini tak ubahnya seperti olahan daging kambing serupa seperti gulai kambing atau tengkleng kambing. Namun, kesan itu bakal hilang ketika Anda mencicipi makanan ini.
Rabeg Banten punya cita rasa pedas dan manis. Selain itu, olahan daging kambing ini juga disertai dengan kuah yang dibuat dengan berbagai jenis rempah. Menyantap makanan ini ketika malam hari, bisa membuat tubuh terasa lebih hangat. Ditambah lagi, Anda juga bisa menemukan banyak pilihan tempat makan yang menyediakan kuliner khas ini.
Bagi masyarakat Banten, makanan khas berbahan kambing ini bukan hanya sebagai sajian belaka. Mereka juga menjadikan kuliner tersebut sebagai sarana doa. Sebagai buktinya, Anda akan menemukan kalau Penyelenggaraan akikah atau pemotongan rambut bayi oleh masyarakat muslim Banten kerap disertai dengan penyajian rabeg Banten.
Biasanya, mereka pun mengolah makanan ini dengan rasa identik manis. Harapannya, bayi bisa menjalani kehidupannya dengan suasana yang manis ketika mencapai usia dewasa. Hal ini membuktikan kalau rabeg Banten jadi bagian yang tak terlewatkan dalam budaya masyarakat Provinsi Banten. Anda pun bisa merasakan pengalaman tersendiri saat mencicipinya.