Upacara adat Banten merupakan salah satu budaya asli yang sampai saat ini masih bisa kita saksikan. Penyebabnya adalah, kebanyakan masyarakat Banten begitu menghargai warisan nenek moyang mereka sehingga meskipun memiliki gaya hidup modern, sesekali upacara adat masih diadakan.
Perilaku ini tentu saja wajib dicontoh oleh masyarakat Indonesia di daerah lain. Karena salah satu alasan sebuah bangsa dihargai orang lain adalah, kemampuan mereka dalam melestarikan tradisi. Untuk mendukung upaya tersebut, mari kita bahas beberapa ritual adat di Banten sekaligus makna yang menyertainya.
Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Pakaian Adat Banten Serta Penjelasannya
Seren Taun
Ritual panen raya ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi (biasanya berupa padi) selama setahun untuk disimpan ke dalam sebuah lumbung. Menurut sejarah, tradisi ini telah dilakukan sejak zaman Kerajaan Sunda sebagai ungkapan rasa hormat pada Dewi Padi bernama Nyai Pohaci Sanghyang Asri.
Selama bertahun-tahun ritual ini menyebar ke seluruh wilayah Sunda dan beradaptasi dengan daerah masing-masing. Inilah mengapa rangkaian ritual Seren Taun di setiap daerah berbeda meskipun intinya sama-sama menyerahkan hasil panen raya pada pemuka adat.
Di daerah Banten, setelah menerima padi biasanya pemuka adat memasukkan hasil panen ke dalam beberapa lumbung. Setelah itu pemuka adat akan memberikan bibit yang telah diberkati kepada pemimpin desa untuk diberikan pada warga dan ditanam pada musim berikutnya.
Ngalaksa
Ngalaksa adalah lanjutan dari upacara Seren Taun. Ritual adat ini dilaksanakan saat panen raya sebagai bentuk rasa syukur pada Tuhan atas hasil yang melimpah. Ngalaksa adalah upacara membuat laksa (makanan berbahan dasar tepung beras) sebagai ungkapan rasa hormat pada Dewi Sri dan ruh nenek moyang.
Ritual ini wajib diikuti oleh semua masyarakat Baduy termasuk anak-anak dan bayi baru lahir. Ngalaksa sendiri awalnya diadakan sebagai ucapan terima kasih penduduk Sumedang kepada warga Cirebon yang menolong mereka melewati masa paceklik dengan memberikan benih pada berabad-abad silam.
Sejak saat itu ritual ini menyebar ke beberapa daerah lain termasuk Banten, dan diadaptasi sesuai dengan kepercayaan warga di masing-masing wilayah. Inti dari ritual ini adalah kebersamaan dan rasa syukur.
Seba
Masyarakat Baduy dikenal sebagai salah satu komunitas yang membatasi diri mereka dari dunia luar. Namun dalam satu tahun selalu ada momen langka ketika seluruh warga memutuskan untuk keluar dari desa mereka dengan berjalan kaki menuju Kota Serang. Momen ini dikenal dengan upacara adat Seba.
Biasanya, Seba dilakukan setelah warga Baduy panen raya. Tujuan utama tradisi adalah menjalin silaturahmi dengan penduduk luar Baduy dan memberi seserahan hasil bumi pada Ibu Gede dan Bapak Gede. Panggilan tersebut merupakan istilah yang dipakai Suku Baduy untuk menyebut Bupati Banten.
Ngolotkeun
Dalam Bahasa Indonesia Ngolotkeun berarti melamar. Ya, ritual adat ini merupakan salah satu tradisi yang harus dilakukan calon pengantin sebelum memutuskan untuk menikah. Uniknya, Ngolotkeun di Banten dilakukan oleh pihak calon pengantin perempuan. Berbeda dengan daerah lain, di sini memang calon pengantin perempuan berhak memilih dan melamar calon pasangannya kelak.
Untuk melakukan upacara adat ini biasanya pihak perempuan akan mengutus seseorang untuk mengunjungi rumah calon pengantin pria. Tujuannya tentu saja menanyakan persetujuan si laki-laki tentang lamaran yang ditujukan. Jika diterima, saat itu juga akan ditentukan waktu pernikahan.
Pada tradisi Ngolotkeun, pihak pelamar biasanya membawa beberapa barang untuk dihadiahkan pada calon pengantin laki-laki. Jika lamarannya ditolak, pihak calon pengantin perempuan berhak membawa hadiah-hadiah tersebut kembali sebagai simbol gagalnya proses Ngolotkeun.
Seserahan
Lanjutan dari tradisi Ngolotkeun ini biasanya diadakan setelah prosesi akad nikah. Seperti upacara Ngolotkeun, Seserahan merupakan hadiah yang diserahkan pihak pengantin perempuan ke pengantin laki-laki. Hadiah tersebut biasanya terdiri dari makanan, minuman, seikat padi, baju, tebu wulung, siring, dan pinang.
Pada upacara adat Banten ini pihak perempuan juga akan menjemput pengantin laki-laki. Upacara Seserahan harus dilaksanakan menjelang maghrib sebagai simbol menolak bala. Di akhir ritual, kedua pengantin akan kembali ke rumah pengantin perempuan dengan membawa hadiah balasan dari keluarga pengantin laki-laki.
Seserahan adalah simbol penghargaan perempuan kepada suaminya begitu mereka resmi menjadi suami istri. Inilah mengapa barang-barang pada Seserahan tidak boleh kurang atau lebih karena masing-masing memiliki makna. Makanan, minuman, dan baju merupakan simbol bahwa istri siap melayani suaminya.
Sementara seikat padi, tebu wulung, siring, serta pinang adalah simbol rasa sayang istri pada laki-laki yang menjadi suaminya. Biasanya Seserahan diberikan dalam bentuk bingkisan dengan hiasan cantik sebagai simbol penghargaan istri pada suaminya.
Buka Pintu
Setelah Seserahan, kedua pengantin juga harus melakukan ritual Buka Pintu terlebih dahulu. Pada upacara ini, pengantin laki-laki tetap menunggu di luar rumah sementara pengantin perempuan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan duduk menghadap pintu masuk.
Selanjutnya di antara pengantin laki-laki dan perempuan akan diberi pembatas kain sebagai ciri utama ritual Buka Pintu. Sementara di belakang, pihak pengantin laki-laki akan melantunkan “Yalil” dengan iringan rebana. Begitu lantunan “Yalil” selesai, pembatas kain akan dibuka sehingga pengantin perempuan bisa mencium tangan suaminya.
Sampai sekarang, upacara Buka Pintu masih sering dilakukan warga di Kabupaten dan Kota Serang. Ritual ini merupakan simbol penghormatan istri kepada suaminya sehingga sebelum masuk ke rumah pun, istri ingin menyambut suaminya dengan lantunan lagu indah.
Huap Lingkung
Pada tradisi ini kedua pengantin akan didudukkan di atas sebuah tikar atau tempat duduk untuk menerima suapan nasi punar dari para tetua adat daerah setempat. Biasanya ada beberapa tetua yang memberikan suapan sebagai simbol kasih sayang terhadap kedua pengantin.
Ritual Huap Lingkung biasanya dilakukan pada resepsi pernikahan sebelum tamu dan handai taulan datang memberikan restu mereka. Tradisi ini termasuk salah satu yang sampai saat ini masih sering dilakukan warga Banten dan sekitarnya ketika ada upacara pernikahan.
Ngeroncong
Tradisi Ngeroncong mirip dengan Saweran yang biasanya kita lihat di daerah Jawa Tengah. Bedanya, uang Ngeroncong tidak dilempar-lempar melainkan dimasukkan ke sebuah wadah setelah para tamu dan keluarga menyalami pengantin. Uang tersebut merupakan bekal dari keluarga dan kerabat untuk pengantin agar mereka siap memulai kehidupan baru sebagai suami istri.
Ngeroncong merupakan simbol doa restu yang diberikan para kerabat dan keluarga kepada kedua pengantin. Kata Negroncong sendiri berasal dari bunyi yang dihasilkan uang koin ketika dimasukkan ke dalam wadah. Pada perkembangannya, Ngeroncong tidak hanya berupa uang koin tetapi juga kertas.
Wadah yang digunakan pun tidak selalu berbentuk mangkok tetapi bisa juga kotak seperti celengan. Meskipun mungkin tradisi lainnya sudah tidak dilakukan, tetapi ritual Ngeroncong masih sering kita temui karena budaya ini tidak hanya ditemukan di Banten tetapi juga daerah lain di Indonesia.
Demikian ulasan tentang beberapa upacara adat Banten. Semoga bermanfaat dan memberikan wawasan baru tentang budaya asli Indonesia.