Rumah Adat Banten: Ciri Khas, Arsitektur, Konsep dan Filosofi

08/03/2021 0
Rumah-Adat-Banten-1140px-x-740px.jpg

Tak hanya dinamakan Sulah Nyanda, rumah adat Banten juga disebut dengan rumah adat Baduy. Rumah adat ini dapat ditemukan di Provinsi Banten, utamanya di wilayah yang dihuni oleh suku Baduy.  

Dalam bahasa Sunda, nyanda diartikan sebagai sikap bersandar. Hal ini tampak dari atap bangunan yang merebah ke arah belakang. Bila dicermati, Sulah Nyanda memiliki kemiripan dengan rumah adat khas Sunda lainnya, Julang Ngapak. Meskipun demikian, Sulah Nyada memiliki ciri khasnya sendiri. 

Baca juga: Menarik, Ini Makna Dibalik 8 Upacara Adat Banten

Ciri Khas Sulah Nyanda

Sulah Nyanda menggambarkan tentang kesederhanaan yang identik dengan masyarakat suku Baduy. Selain sederhana, suku Baduy sangat menjunjung tinggi budaya gotong royong. Mereka tak segan membantu warga desa yang hendak membuat rumah. 

Bagi suku Baduy, rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, melainkan juga tempat untuk berlindung dan mencari kenyamanan serta rasa aman. Sama halnya dengan rumah adat lain, Sulah Nyanda juga memiliki ciri khas yang membuatnya unik. 

Baca juga: 15 Fakta Suku Baduy Banten yang Jarang Diketahui Orang

Model

Rumah adat suku Baduy mengadopsi model rumah panggung sehingga tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Tujuannya untuk menghindari banjir sekaligus sebagai perlindungan diri dari terjangan hewan buas.

Sulah Nyanda memiliki dua atap. Atap di bagian kiri lebih panjang dibandingkan sebelah kanan. Meskipun tidak memiliki jendela, rumah adat ini tergolong sejuk. 

Material 

Masyarakat Baduy menyukai segala hal yang berhubungan erat dengan alam sehingga mereka lebih memiliki untuk memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya. Hal ini tampak dari pemilihan material bangunan yang dibuat menggunakan bahan alami, seperti kayu, batu, pepohonan, dan dedaunan.

Batu digunakan untuk menopang tiang yang terbuat dari kayu. Cara ini dilakukan agar tiang tidak langsung menancap ke tanah. Atapnya menggunakan daun kelapa dan ijuk, sedangkan potongan bambu digunakan untuk lantai. 

Bagian Rumah Adat Suku Baduy

Sulah Nyanda terdiri dari tiga bagian penting, yaitu sosoro, tepas, dan ipah. Sosoro merupakan teras. Ruangan yang berada di selatan rumah ini kerap dijadikan sebagai tempat untuk menerima tamu, bercengkerama dengan keluarga, atau tempat bermain anak. 

Tepas yang terletak di samping rumah memiliki bentuk memanjang ke belakang. Ruangan ini bersambung dengan sosora sehingga membentuk huruf L. Tepas biasanya digunakan sebagai ruang keluarga. Sementara ipah digunakan untuk menyimpan bahan makanan ataupun dapur. Letaknya berada di bagian paling belakang. 

Ciri khas tersebut secara tidak langsung membuktikan bahwa Sulah Nyanda sangat kental akan nilai tradisional dan budaya.

Arsitektur Rumah Adat Banten

Pondasi rumah adat suku Baduy terbuat dari batu besar utuh. Sengaja tidak dipecah karena digunakan sebagai landasan tiang penopang bangunan. Tiang yang digunakan juga terbuat dari kayu sambungan tanpa paku sehingga pemasangannya hanya mengandalkan purus dan coak yang diperkuat sistem pasak.

Rangka lantai rumah menggunakan bambu lalu ditutup dengan pecahan bambu yang sudah diratakan. Tak jarang, lantai bambu dilengkapi tikar pandan yang berfungsi sebagai alas duduk.

Selain lantai, dinding juga menggunakan bambu yang telah dianyam dengan motif kepang atau vertikal. Bagian bawah dibuat rapat, sedangkan bagian atas sedikit longgar. Bambu juga digunakan untuk membuat rangka penutup atap, sedangkan bagian atap utama menggunakan kayu. Biasanya, rangka atap akan ditutup menggunakan daun nipah supaya rumah aman dari tetesan hujan, angin, dan terik matahari. 

Konsep Bangunan dan Filosofi Sulah Nyanda

Ilustrasi bangunan sulah nyanda yang merupakan rumah adat banten dan orang baduy

Rumah adat Banten menerapkan konsep ekologis. Hal ini terlihat jelas dari konstruksi dan material yang digunakan. Mengingat rumah suku Baduy tidak memiliki jendela, mereka menggunakan patokan arah mata angin barat dan selatan untuk memudahkan angin dan cahaya masuk rumah.

Sistem drainase rumah adat ini hanya terbuat dari susunan batu kali di sekeliling rumah. Dengan cara ini, batu akan menghalangi tergerusnya tanah yang berada di bawah bangunan sekaligus memudahkan sistem resapan air. 

Uniknya, untuk mengukur dimensi bangunan, suku Baduy akan melibatkan tubuh pemilik rumah. Contohnya, pengukuran tinggi kepala keluarga menggunakan telapak tangan di atas kepala digunakan ketika hendak menentukan tinggi pintu. Sementara untuk menentukan lebar pintu akan dilakukan pengukuran tubuh kepala keluarga dengan sikap berdiri sembari bertolak pinggang. 

Ditilik dari pola pemukiman, Sulah Nyanda terpusat dalam suatu kawasan dengan batas wilayah berupa hutan. Mengingat lahan kosong semakin terbatas, pembangunan rumah adat harus mengantongi izin tetua adat lebih dulu. Perizinan ini berkaitan erat dengan posisi rumah yang harus sesuai aturan adat.

Sulah Nyanda memiliki filosofi bahwa rumah bukan sekadar tempat berteduh, melainkan juga sebagai lambang kepribadian seseorang sehingga pembuatannya harus sesuai aturan adat. Rumah suku Baduy dibuat selaras dengan alam sebagai bentuk melestarikan lingkungan sekaligus menerapkan filosofi bahwa sejatinya manusia adalah bagian dan hidup dari alam. 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rumah adat Banten mencerminkan nilai tradisional dan budaya serta mengingatkan manusia pentingnya memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana. Jangan lupa bagikan, ya!


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *