Kompleks-Banten-Lama-1140px-x-740px.jpg

07/12/2020 0

Kompleks Banten Lama atau dikenal sebagai Kota Kuno Banten, merupakan situs sejarah peninggalan masa kejayaan Kerajaan Banten. Terdapat banyak objek wisata yang bisa Anda kunjungi di sini, antara lain: Vihara Avalokitesvara, Pelabuhan Karangantu, Masjid Agung Banten, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Istana Kaibon, hingga Benteng Speelwijk.   

Setiap tempat di Kota Kuno Banten memiliki sejarah berbeda-beda. Ingin tahu lebih banyak tentang sejarah tempat ini beserta fakta-fakta unik lainnya? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini!

Baca juga: Mengintip 5 Fakta Menarik tentang Kejayaan Kerajaan Banten

Menilik Sejarah Kesultanan Islam di Kota Kuno Banten

Kota Kuno di wilayah Banten, merupakan kawasan bersejarah yang menjadi saksi perkembangan sejarah Kesultanan Islam di kota ini. Disebut Kota Kuno karena kawasan ini memang bukan hanya kompleks tempat tinggal keluarga kerajaan saja. Namun, mencakup keseluruhan tata kota, meliputi jalur air, jalan, hingga fasilitas publik.

Kawasan ini meliputi Istana Surosowan, Masjid Agung, Situs Istana Kaibon, Benteng Speelwijk, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, dan Vihara Avalokitesvara. Berikut sejarah dan fakta menarik dari beberapa tempat di kawasan Kota Kuno tersebut:

1. Istana Keraton Kaibon


Seperti arti Kaibon, yaitu keibuan, Keraton Kaibon merupakan istana yang dibangun untuk ibunda Sultan Syafiudin. Latar belakang pembangunan istana ini karena pada masa itu Sultan Syafiudin yang masih berumur 5 tahun, masih terlalu muda untuk memegang pemerintahan. Sehingga kursi pemerintahan sementara dipegang oleh Ratu Aisyah.

Meski sekarang hanya tinggal puing-puing, Keraton Kaibon ini dulunya merupakan bangunan yang sangat megah. Namun pada tahun 1832, pemerintah Belanda di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Daendels menyerang dan menghancurkan bangunan istana ini.

Penyerangan itu terjadi karena Sultan Syafiudin menolak melanjutkan pembuatan jalan dari Anyer hingga Panarukan, termasuk juga proyek armada pelabuhan Belanda yang berlokasi di Teluk Lada. Bahkan Sultan Syafiudin memancung kepala Du Puy, utusan pemerintah Belanda, dan menyerahkan kepalanya kepada Daendels.

2. Istana Keraton Surosowan


Jika Ratu Aisyah tinggal di Keraton Kaibon, maka Keraton Surosowan merupakan tempat tinggal para sultan Banten. Mulai dari Sultan Maulana Hasanuddin hingga Sultan Haji. Sayangnya Anda tidak dapat melihat Keraton Surosowan, karena istana yang dibangun pada tahun 1552 ini hanya tinggal sisa-sisa bangunannya saja.

Pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680, Keraton Surosowan dihancurkan oleh Belanda. Penyerangan tersebut hanya menyisakan benteng yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan kolam persegi empat bekas pemandian para putri di tengahnya.

3. Masjid Agung Banten


Sejarah berdirinya masjid yang berada di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen ini karena titah Sunan Gunung Jati. Pada masa itu, Sunan Gunung Jati mengutus putranya yang bernama Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) untuk mencari sebidang tanah suci. Tanah tersebut hendak dijadikan lahan kerajaan Banten.

Masjid Agung ini terkenal dengan keunikan bangunannya karena memadukan ciri khas bangunan Jawa Hindu, Eropa, dan Cina. Atap bangunan utama bertumpuk lima, menyerupai pagoda China. Bagian paviliun dua lantai yang bernama Tiyamah bergaya arsitektur Belanda kuno.

Di sebelah timur masjid terdapat menara batu bata dengan tinggi kurang lebih 24 meter dan berdiameter bawah sekitar 10 meter. Untuk mencapai puncak menara, Anda perlu melewati 83 anak tangga. Pada serambi kiri, terdapat makam para sultan Banten beserta keluarganya.

4. Vihara Avalokitesvara


Vihara Avalokitesvara dibangun pada abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Vihara tertua di Provinsi Banten ini didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Kalijaga. Pada masa itu masih banyak pengikut Putri Ong Tien, istri Sunan Kalijaga, yang memegang kepercayaan leluhur. Karenanya, Sunan Kalijaga membangun tempat ibadah untuk mereka.

Uniknya Vihara Avalokitesvara yang juga disebut sebagai klenteng Tri Dharma ini, melayani tiga kepercayaan sekaligus. Tiga kepercayaan itu adalah Konghucu, Taoisme, dan Buddha. Keunikan lain terletak pada ukiran di dalam Vihara. Ukiran tersebut menceritakan tentang kejayaan Banten, juga peran Vihara ini ketika terjadi tsunami dan letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Selain itu, di pekarangan Vihara terdapat air sumur yang dipercaya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit, membuat awet muda, dan mengabulkan permintaan. Air sumur ini disebut sebagai air ketulusan hati.

Baca juga: Museum Benteng Heritage, Pesona Tionghoa di Tangerang

5. Benteng Speelwijk


Benteng Speelwijk dibangun untuk menghormati gubernur Jenderal VOC yang bernama Cornelis Jan Zoon Speelman. Bangunan yang dirancang oleh arsitektur Belanda bernama Hendrik Lucas Zoon Cardeel ini didirikan tahun 1682, pada masa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qahar.

Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar 10 meter yang digunakan sebagai jalur transportasi dan sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Di dalam benteng terdapat makam empat petinggi VOC dan bunker bawah tanah yang dulunya digunakan sebagai penjara serta tempat penyimpanan senjata.

6. Museum Kepurbakalaan Banten Lama


Museum Kepurbakalaan didirikan di antara Masjid Agung dan Keraton Surosowan. Bangunan museum seluas kurang lebih 778 m² ini dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10.000 m². Kelompok benda-benda purbakala yang tersimpan di dalam museum ini, antara lain:

  • Arkeologika, berupa Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu, dan kerajinan purbakala lainnya.
  • Numismatika, kelompok untuk koleksi mata uang lokal dan asing. Semua mata uang ini dicetak oleh masyarakat Banten.
  • Etnografika, berisi koleksi Rumah Adat Suku Baduy dalam bentuk miniatur. Selain itu, terdapat berbagai macam senjata tradisional dan senjata peninggalan kolonial, seperti meriam, golok, tombak, pistol, keris, maupun koleksi lainnya.
  • Keramologika, yaitu berbagai macam koleksi keramik yang berasal dari berbagai negara, seperti Burma, Vietnam, Tiongkok, Jepang, Timur Tengah, dan Eropa. Ada juga keramik lokal asal Banten yang dikenal dengan nama gerabah.
  • Seni rupa, berupa benda-benda seni, seperti lukisan dan sketsa. Sebagian besar lukisan yang tersimpan adalah lukisan hasil reproduksi.

Selain benda-benda purbakala di atas, di halaman museum juga terdapat dua artefak, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan alat penggilingan lada. Meriam Ki Amuk terbuat dari tembaga. Pada meriam ini terdapat tulisan Arab yang panjangnya sekitar 2,5 meter. Meriam Ki Amuk memiliki kembaran bernama Meriam Ki Jagur. Meriam tersebut saat ini tersimpan di halaman belakang Museum Fatahillah Jakarta.

7. Danau Tasikardi


Tasikardi atau Situ Kardi merupakan danau seluas 5 hektar yang bagian dasarnya dilapisi batu bata. Danau ini menampung air yang digunakan untuk pengairan sawah dan sebagai pasokan air bagi keluarga keraton maupun masyarakat sekitar.

Sebelum digunakan air danau harus disaring terlebih dahulu dengan penyaring khusus yang bernama Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atau Penyaringan Putih, dan Pengindelan Emas atau Penyaringan Emas.

Ada begitu banyak peninggalan sejarah di Kota Kuno Banten yang mengingatkan pada perjalanan panjang Kesultanan Islam Banten. Wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata yang satu ini tidak hanya belajar tentang sejarah berdirinya islam di Banten saja. Namun, Anda juga dapat berziarah ke makam para sultan Banten dan keluarganya.

Jadi, jangan lupa berkunjung ke Kompleks Banten Lama ini ketika Anda pergi ke Banten.