Filosofi Unik Dibalik 9 Alat Musik Tradisional Banten

10/02/2021 0
Alat-Musik-Tradisional-Banten-1140px-x-740px.jpg

Mungkin tidak semua orang tahu instrumen apa saja yang tergolong dalam alat musik tradisional Banten. Kebanyakan orang mengenal alat musik tersebut sebagai budaya Sunda karena beberapa dekade silam, Banten pernah menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat.

Instrumen tradisional di Banten memang mirip dengan yang ada di Sunda. Bedanya, pengaruh Baduy begitu kuat sehingga ada ciri khusus yang membuat perbedaan. Di Banten sendiri, alat musik tradisional bisa kita temukan dengan mudah karena masih sering dipakai pada setiap upacara adat.

Sebagaimana kebudayaan lain di Indonesia, instrumen musik tradisional Banten juga memiliki filosofinya masing-masing. Nah, di bawah ini merupakan ulasan tentang 9 alat musik tradisional di Banten beserta filosofi sakral yang menyertainya bagi yang tertarik untuk mempelajari.

Baca juga: Menarik, Ini Makna Dibalik 8 Upacara Adat Banten

Filosofi Dibalik 9 Alat Musik Tradisional Banten

1. Angklung Buhun


Angklung Buhun jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti Angklung Tua. Nama alat musik ini menyimbolkan bahwa kesenian Angklung lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy di abad ke-16.  Di Banten, Angklung kerap digunakan sebagai instrumen pada beberapa acara adat.

Salah satunya upacara Ngaseuk yang dilakukan setahun sekali sebagai bagian dari ritual menanam padi. Suku Baduy meyakini bahwa Angklung Buhun hanya boleh dimainkan selama masa pengobatan padi (sekitar 3 bulan setelah padi ditanam). Jika dilanggar, akan ada malapetaka yang menimpa.

Inilah mengapa selain Ngaseuk, Angklung Buhun hanya dimainkan pada upacara serupa di daerah lain seperti Seren Taun di Cisungsang dan Seba di Lebak. Seperti Angklung dari daerah lain, Angklung Buhun juga dibuat dari bambu pilihan yang dibentuk menjadi alat musik cantik dengan suara menenangkan.

2. Dogdog Lojor


Secara fisik, Dogdog Lojor mirip dengan alat musik Ketipung. Bedanya, instrumen tradisional ini memiliki bentuk lebih panjang. Inilah mengapa alat musik tersebut disebut Lojor. Di Banten Selatan, “lojor” memiliki arti panjang, sedangkan nama “dog dog” diambil dari suara yang dihasilkan.

Panjang Dog Dog Lojor mencapai satu meter dan terbuat dari kayu yang dipahat menjadi bentuk silinder. Bagian tengah alat musik dibuat berongga sedangkan salah satu sisinya ditutup dengan kulit kambing yang sudah dijemur. Tingkat kerenggangan kulit kambing menentukan suara yang dihasilkan alat musik ini.

Dogdog Lojor identik dengan suara ceria dan menghentak. Inilah mengapa alat musik tradisional ini digunakan sebagai pengiring ritual panen raya di daerah asalnya yaitu Lebak, Banten. Selain upacara ritual tertentu, Dog Dog Lojor juga dipakai dalam permainan ketangkasan tradisional bernama Ngadu Dog Dog.

3. Bendrung Lesung


Kebanyakan masyarakat yang masih melestarikan budaya nenek moyang di Indonesia menggunakan lesung untuk mengolah gabah menjadi beras. Hal serupa dilakukan juga oleh masyarakat Cilegon, Banten. Bedanya, selain untuk mengolah gabah lesung juga dijadikan alat musik pada ritual panen raya.

Kesenian dengan memanfaatkan lesung sebagai instrumen pengiring ini dikenal dengan nama Bendrung (Bendrong) Lesung. Bahan untuk membuat lesung adalah kayu yang dipahat hingga berbentuk perahu kecil sepanjang 2 meter dan memiliki kedalaman sekitar 40 cm.

Bendrung Lesung biasanya dimainkan beberapa orang dengan paduan koreografi khusus sehingga muncul suara rancak. Inilah mengapa selain ritual panen, Bendrung Lesung juga dimainkan pada upacara meriah lainnya seperti pesta pernikahan. 

4. Gendang Banten


Gendang Banten memiliki bentuk fisik serupa dengan alat musik Gendang dari daerah lain seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan memukul sisi atas dan bawah Gendang yang dilapisi kulit sapi. Alat musik ini merupakan simbol kekuatan dan ketangkasan.

Inilah mengapa di Banten, Gendang kerap dijadikan musik pengiring pertunjukan silat. Gendang Banten sendiri terdiri dari tiga alat musik perkusi, satu berukuran besar dengan kedua sisi yang bisa dipukul, sedangkan dua lainnya berukuran lebih kecil dan dipukul salah satu sisinya saja untuk menghasilkan harmonisasi musik cantik.

5. Pantun Bambu


Alat musik tradisional Banten ini terbuat dari ruas bambu berdiameter 10 cm dengan panjang sekitar 80 hingga 100 cm. Pantun Bambu dimainkan dengan cara dipukul atau diketuk. Musik yang dihasilkan keluar dari lubang di bagian tengah yang dilengkapi dengan senar.

Pantun Bambu biasanya dimainkan oleh satu grup yang terdiri dari 3 orang. Setiap orang memiliki fungsi masing-masing, yaitu sebagai Pantun Melodi, Pantun Bas, dan Pantun Ritme. Seperti Angklung, Pantun Bambu termasuk salah satu instrumen musik tradisional kuno yang sudah ada sejak zaman dulu.

Awalnya alat musik ini hanya dimainkan sebagai alat untuk menghabiskan waktu saat beristirahat di sawah. Tapi kini, Pantun Bambu kerap tampil di berbagai upacara adat dan acara kesenian untuk melestarikan salah satu budaya yang mulai dilupakan oleh anak muda Banten.

6. Bedug Banten


Dikenal pula dengan Rampak Bedug, alat musik ini awalnya dipakai sebagai pengingat waktu salat dan berbuka puasa di masjid. “Rampak” diambil dari kata serempak merujuk pada cara memainkan alat musik secara berkelompok dan serempak. Satu kelompok biasanya terdiri dari 5 orang laki-laki dan perempuan.

Sekalipun dimainkan oleh satu orang, irama khas yang dihasilkan cukup nyaman di telinga. Saat ini, Rampak Bedug kerap dimainkan untuk memperingati hari besar agama Islam sebagai simbol suka cita. Secara religius, memainkan Rampak Bedug merupakan ungkapan rasa cinta pada agama dan Rasulullah.

7. Bambu Jitak


Meskipun tergolong tradisional, alat musik ini ternyata termasuk baru. Bambu Jitak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2008 oleh pembuatnya yaitu Agus M. Patria, warga asli Cilegon, Banten. Keunikan alat musik ini terletak pada cara memainkannya yaitu dijitak atau dipukul menggunakan alat yang terbuat dari kayu.

Musik yang dihasilkan berasal dari senar gitar listrik di bagian tengah tabung bambu berukuran besar. Alat musik ini dibuat sebagai upaya pelestarian bambu untuk membuat alat musik di Banten.

8. Kecapi


Kecapi adalah alat musik asli Indonesia hasil serapan dari beberapa budaya asing Asia Timur yaitu China, Korea, dan Jepang. Cara memainkan alat musik ini adalah dipetik sesuai pola tertentu sehingga menghasilkan musik lembut yang memanjakan telinga. Alat musik ini awalnya terbuat dari kayu.

Seiring perkembangan zaman, Kecapi berevolusi menjadi alat musik elektronik yang lebih canggih. Tapi bagi sebagian orang, Kacapi tradisional tetap memiliki pesonanya sendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan Kecapi modern.

9. Calung


Calung Banten merupakan sisa-sisa budaya Sunda yang selama bertahun-tahun sempat menjadi bagian dari kesenian di daerah ini. Seperti halnya angklung, Calung mampu menghasilkan musik dengan nada pentatonik. Bedanya, Calung dimainkan dengan cara dipukul masing-masing bilahnya.

Untuk menghasilkan musik berkualitas, bahan bambu yang digunakan untuk membuat calung kebanyakan adalah bambu hitam (wulung). Alat musik ini biasanya dimainkan sebagai iringan ritual panen raya atau pesta pernikahan.Itulah ulasan tentang beberapa alat musik tradisional Banten. Semoga bermanfaat.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *